Sampangan
Deskripsi
Sampangan merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Menurut penduduk setempat “Sampangan” berasal dari kata “Sampang” yang memiliki arti tempat makanan. Penduduk terdahulu menamai Kelurahan Sampangan dilatarbelakangi oleh fakta bahwa Sampangan menjadi destinasi perantau untuk mencari nafkah atau rezeki baru. Beruntungnya, rata-rata perantau meraih kesuksesan di Sampangan sehingga masyarakat asal semakin percaya bahwa Sampangan mampu memberikan kemudahan atas pemenuhan kebutuhan makanan bagi warganya. Sampangan sekitar tahun 90an sempat mengalami banjir bandang yang cukup besar dan merugikan desa pada saat itu. Peristiwa tersebut menimbulkan trauma di masyarakat. Namun Sampangan mampu bangkit dan berkembang menjadi desa yang mendiri yang berdigdaya.
Sampangan memiliki kedekatan geografis dan administratif dengan Ibu Kota Semarang sehingga membuat kelurahan ini cukup modern dan sibuk dengan kegiatan masyarakatnya. Dengan luas 96 Hektare membuat Kelurahan Sampangan memerlukan perhatian khusus agar pengembangan wilayahnya bisa dilakukan dengan secara merata. Kelurahan Sampangan sendiri aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, salah satu prestasi yang diraih yaitu kandidat sebagai Kampung Ramah Anak yang sedang dirintis oleh RW 01. Diarahkan oleh seperangkat lurah setempat dan dijalankan oleh masyarakat, mereka bekerja sama dalam membangun wilayah yang produktif dan ramah pengunjung. Seluruh lapisan masyarakat ikut serta dalam pembangunan yang meliputi pengembangan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia. Kelurahan Sampangan juga tidak lepas dari kearifan budaya yang menjadi warisan turun menurun dari masa ke masa, salah satunya adalah budaya “Apitan” kebudayaan ini merupakan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan pangan yang ada di Sampangan. Tradisi Apitan ini diperingati setiap tahun namun dilakukan pengarakan secara besar-besaran keliling kampung dengan tumpeng besar yang terbuat dari hasil bumi sebanyak 2 tahun sekali, sayangnya tradisi tersebut mendapat dampak dari pandemi sehingga 2 tahun belakang ini mengalami pendundaan pelaksanaan.
Namun selain Apitan yang telah dikenal mulai dari masyarakat setempat hingga masyarakat luar desa, di Sampangan terdapat tari tradisional sampangan dan gamelan anak yang memiliki potensi besar untuk dibudayakan dan menjadi tujuan destinasi belajar tari dan gamelan. Tari tradisional sampangan sering dipentaskan bersama dengan gamelan yang dimainkan oleh anak anak berusia 7-15 tahun. Keunikan gamelan tersebut terletak pada anak-anak yang menjadi simbol regenerasi budaya yang tidak hanya bisa dilestarikan oleh kaum terdahulu atau yang lebih tua. Gamelan anak ini juga menjadi pendukung ketercapaian Kelurahan Sampangan menuju Kampung Ramah Anak. Tarian tradisional dibawakan oleh penduduk laki laki baik dari kalangan tua hingga muda, hal tersebut menghilangkan ketidakseimbangan yang ada dan menunjukkan bahwa tidak ada halangan usia untuk melestarikan sebuah budaya dimana semua kalangan dapat bersatu untuk belajar kemudian membawa tarian tersebut untuk dikenalkan kepada masyarakat luas.
Dilihat dari aspek geografisnya, Sampangan tidak memiliki potensi lahan yang diolah oleh masyarakat sebagai ladang atau sawah, sehingga produk pertanian sulit diproduksi oleh masyarakat Sampangan secara mandiri. Melihat hambatan ini, masyarakat Sampangan berdedikasi secara bersama-sama untuk mengusung sebuah Kelompok Wanita Tani yang biasa disebut sebagai KWT yang diberi nama KWT Puspitasari yang berlokasi di RW 03 Kelurahan Sampangan. KWT Puspitasari memproduksi sayuran melalui media hidroponik. Hidroponik adalah sebuah teknik bercocok tanam dengan menggantikan media tanam yang biasanya menggunakan tanah yang padat menjadi berwujud cair seperti air dengan bantuan unsur hara atau menggunakan sekam dan serabut kelapa dapat juga menggunakan busa atau gabus. Pengairan yang digunakan di dalam hidroponik juga berbeda yaitu menggunakan irigasi tetes melalui paralon-paralon.
KWT Puspitasari berjuang untuk belajar tentang menanam dan mengolah tanah mulai dari awal dengan pendampingan dari pihak terkait. Pendampingan dilakukan dari berbagai pihak. Pelatihan-pelatihan telah dilalui oleh anggota KWT Puspitasari hingga mampu berdiri secara mandiri menghasilkan berbagai macam sayuran hidroponik. Sayuran yang ditaman di hidroponik KWT Puspitasari mulai dari berbagai jenis selada dan sawi, kangkung, bayam, pare, terong, serta buah-buahan seperti stroberi, melon, dan jambu.
Sejak didirikan pada November 2018 KWT Puspitasari telah beberapa kali melakukan panen dengan hasil sayuran yang segar dan tentunya bernutrisi karena dirawat serta dijaga dengan pemantauan kadar Ph dan nutrisinya setiap hari oleh anggota yang bertugas. Pasca panen yang dihadapi oleh KWT Puspitasari adalah tantangan dalam melakukan pemasaran atau penjualan produk. Sejauh ini pemasaran produk baru dilakukan kepada tetangga sekitar dengan harga jual sayuran dibawah rata-rata harga penjuakan sayuran hidroponik. Hasil panen yang didapatkan dari KWT Puspitasari tidak berhenti pada produk sayuran mentah saja, sayuran hasil panen tersebut diolah kembali oleh UMKM setempat menjadi produk makanan jadi berupa nugget sayur dan stick sayur yang kemudian dipasarkan melalui pameran makanan Pasar Tani yang digelar dalam lingkup Kota Semarang oleh Dinas Pertanian Kota Semarang.
Warga sekitar atau yang berasal dari desa tetangga dapat belajar atau berkunjung langsung ke KWT Puspitasari untuk mengetahui proses penanaman tanaman hidroponik. Beberapa kali KWT Puspitasari mendapatkan kunjungan dan pelatihan bahkan dari anak-anak paud sebagai media belajar menanam. Berbagai kunjungan disambut baik oleh KWT Puspitasari dengan mempersiapkan media tanam, bakal biji, hingga pupuk atau nutrisi tanaman.
Dua kegiatan seperti yang telah disebutkan di atas menjadi atraksi kegiatan yang dapat dikunjungi apabila ke Sampangan. Dengan mempelajari tari tradisional sampangan dan gamelan maka dapat memeberikan manfaat peningkatan keterampilan sekaligus pengetahuan budaya asli dari Sampangan. KWT Puspitasari juga dapat menjadi ide mengisi kegiatan keluarga atau kunjungan kegiatan antar desa dengan melakukan pembelajaran pengolahan tanaman mulai dari mengolah tanah dan memilih pupuk serta takarannya yang tepat untuk dapat diterapkan langsung dalam memproduksi kebun kecil di rumah seperti yang sedang tren di masa pandemi seperti saat ini.